A. Pengertian Portofolio
Istilah portofolio diambil dari bidang seni, yakni
“istilah yang berarti suatu kumpulan karya sesuai maksud” (Stecher, dalam
Fredman et al., 2001). Suatu portofolio, menurut Collins (dalam Collette &
Chiappetta, 1994), adalah “suatu tempat yang berisi sekumpulan bukti dari
keterampilan, pengetahuan, minat, dan kecenderungan
seseorang”. Bahan dalam portofolio tersebut digunakan untuk membuat keputusan
tentang kualitas kinerja individu yang mengembangkan portofolio itu. Portofolio
digunakan dalam berbagai bidang. Para artis mengembangkan portofolio kerja seni
mereka. Mereka menyeleksi hasil kerja yang menunjukkan bukti-bukti kemampuan
sebagai artis dan kualitas kerjanya. Fotografer juga menghasilkan portofolio
dari foto-foto yang telah diambilnya. Mereka memasukkan foto-foto
yang memperlihatkan kualitas kerjanya.
Dalam ranah persekolahan, portofolio adalah koleksi
yang sangat berguna tentang upaya,
kemajuan, dan kemampuan siswa dalam jangka waktu
tertentu (Cherian & Mau, 2003). Sebuah portofolio adalah koleksi
multidimensi dari infomasi yang dikumpulkan, yang memungkinkan guru dan siswa
mengkonstruksi gambaran terorganisasi, proses, dan deskriptif tentang
pembelajaran siswa (Farr, dalam Duffy et al., 1999). Sebagai sebuah bentuk asesmen,
portofolio merupakan sebuah kumpulan seleksi dan sistematisasi karya siswa yang
memperlihatkan ketuntasan atau pertumbuhan dalam area tertentu dalam jangka
waktu tertentu (Jones, 2001). Koleksi tersebut dapat meliputi contoh-contoh
karya, contoh hasil tulisan, karya seni, yang diseleksi berdasarkan
pertimbangan siswa itu sendiri untuk menunjukkan tentang dirinya. Dengan
portofolio, refleksi siswa sebagai swaasesmen dapat dijalankan dan dilakukan
pengkaitan antara apa yang siswa pelajari dengan maknanya. Senada dengan
pernyataan tersebut, di dalam Buku KTSP SMP (Depdiknas, 2006) dinyatakan bahwa
asesmen portofolio merupakan penilaian melalui koleksi karya (hasil kerja)
siswa yang sistematis, yakni: pengumpulan data melalui karya siswa, pengumpulan
dan penilaian yang terus menerus, refleksi perkembangan berbagai kompetensi,
memperlihatkan tingkat perkembangan kemajuan belajar siswa, bagian integral
dari proses pembelajaran, untuk satu periode, dan tujuan diagnostik. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa sebuah asesmen portofolio adalah koleksi
kerja siswa yang menunjukkan
usaha, kemajuan, atau kemampuan siswa pada area yang
ditentukan. Koleksi ini meliputi:
1) partisipasi siswa di dalam seleksi isi portofolio;
2) petunjuk bagaimana menyeleksinya; 3)
kriteria untuk penilaian; dan 4) bukti refleksi-diri
siswa (sesuai dengan pendapat Meyer et al.,
dalam Reckase, 1995).
Dalam pembelajaran IPA, sebuah portofolio seharusnya
memperlihatkan pertumbuhankemampuan siswa di dalam pepembelajaran IPA.
Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja yang menyediakan bukti-bukti
kompetensi siswa. Portofolio tersebut juga menunjukkan inisiatif, kemampuan dan
keterampilan siswa. Menurut Collette dan Chiappetta (1994), agar koleksi hasil
kerja siswa dapat disebut sebagai portofolio, diperlukan persyaratan sebagai
berikut :
1) Sebuah portofolio
seharusnya mengandung kerja orisinil siswa dalam periode tertentu.
2) Bahan dalam
portofolio dapat juga termasuk bahan-bahan yang tidak dihasilkan oleh siswa,
misalnya handout, LKS, catatan dosen, dan catatan laboratorium. Dokumen2
dokumen tersebut merupakan bukti-bukti berbagai aktivitas yang terjadi selama
periode tertentu dalam pembelajaran IPA.
3) Koleksi hasil kerja
dalam portofolio seharusnya memperlihatkan aspek-aspek yang berbeda dari
kemampuan siswa. Koleksi tersebut menunjukkan bukti-bukti kemampuan dan
kompetensi siswa di dalam satu atau lebih bidang. Koleksi tersebut seharusnya
juga menyediakan contoh-contoh minat, kapabilitas, dan keterampilan siswa di
dalam satu atau lebih bidang.
4) Sebuah portofolio
seharusnya mengandung bahan-bahan yang menunjukkan bahwa siswa
telah menuntaskan aspek-aspek tertentu dalam
pembelajaran, sebagai contoh menulis laporan, merancang eksperimen, menangani
kerja proyek, atau mempresentasikan sesuatu topik IPA tertentu.
5) Sebuah portofolio
seharusnya merupakan bukti kerja siswa sehingga dapat diases. Menurut Barton
& Collins (dalam Surapranata dan Hatta, 2004), objek-objek portofolio
dibedakan menjadi empat macam yaitu: hasil karya peserta didik atau artifak,
reproduksi, pengesahan (attestation), dan produksi (production). Sedangkan menurut
Rhoades & McCabe (dalam Maurer, 1996), terdapat 5 jenis model portofolio
yakni portofolio kelompok, portofolio individu, portofolio karir, portofolio
kelas, dan portofolio kualitas program.
B. Pentingnya Portofolio
Penggunaan portofolio untuk asesmen siswa memungkinkan
siswa dan guru menyelenggarakan proses pembelajaran melalui asesmen (Freidman
et al., 2001). Dengan kata lain penggunaan portofolio akan menjadikan asesmen
merupakan bagian tak terpisahkan
dari pembelajaran. Hal ini berimplikasi bahwa prosedur
asesmen tidak hanya melalui pengukuran dan penguatan terhadap hasil belajar,
akan tetapi lebih ke arah penguatan pengembangan strategi-strategi, sikap-sikap,
keterampilan-keterampilan, dan proses kognitif
yang esensial untuk pembelajaran sepanjang hayat.
Lebih lanjut Freidman et al. (2001)
memperinci manfaat portofolio, sebagai berikut:
1. Sumbangan portofolio terhadap asesmen
Sumbangan ini meliputi asesmen terhadap hasil
pembelajaran, penyediaan bukti-bukti kinerja, penggambaran bukti-bukti yang
dikumpulkan dalam jangka waktu tertentu, kemajuan siswa sebagai hasil belajar,
serta asesmen formatif dan sumatif.
2. Berfokus pada atribut-atribut kepribadian siswa
Manfaat dalam area ini misalnya menyediakan
bukti-bukti personal dan profesional dalam pembelajaran siswa, menyediakan
umpan balik terhadap nilai-nilai, perasaan, dan cara untuk penanganan sejumlah
pengalaman yang signifikan terhadap kepribadiannya.
3. Menguatkan hubungan antara guru dan siswa
Memungkinkan adanya dialog antar siswa dan dengan
guru, mengingatkan siswa bahwa pembelajaran adalah proses dua arah, cerminan
kerja siswa dan guru, meningkatkan harapan guru terhadap kemampuan berpikir dan
pemecahan masalah siswanya.
4. Merangsang penggunaan strategi-strategi reflektif
Memfasilitasi penggunaan pengalaman masa lalu untuk
pembelajaran dan mengenali kemajuan, merangsang penggunaan keterampilan
reflektif, menggunakan strategi-strategi analisis dalam proses metakognitif,
dan memungkinkan guru untuk memisahkan kualitas bukti dari kemampuan siswa
dalam merefleksikan bukti tersebut.
5. Meluaskan pemahaman terhadap kompetensi profesional
Persepsi siwa dan interpretasinya terhadap
pengalamannya akan menumbuhkan pemahaman siswa terhadap pertumbuhan
profesional. Oleh karena itu, portofolio sangat bernilai untuk siswa.
Hal lain yang bernilai adalah bahwa portofolio itu
“nyata” (tangible), sehingga merupakan sarana efektif untuk
berkomunikasi dengan siswa, orang tua, guru lain, dan kepala sekolah tentang
kemajuan siswa (Jones, 2001).
C. Jenis Portofolio
Portofolio yang berbeda-beda jenisnya dihasilkan dari
dan untuk memenuhi maksud dan konteks pendidikan. Tidak ada satu ‘portofolio”;
terdapat berbagai portofolio (Foster and Masetr, dalam Klenowski, 2002).
Berdasarkan tujuan asesmen portofolio, menurut Klenowski (2002) portofolio
dapat dibagi menjadi: 1) portofolio untuk tujuan sumatif, 2) portofolio untuk
sertifikasi dan seleksi, 3) portofolio untuk tujuan penilaian dan promosi, 4)
portofolio untuk mendukung pembelajaran dan pengajaran, 5) portofolio untuk
tujuan pengembangan profesional.
Menurut Duffy (1999), terdapat empat jenis atau
tingkatan portofolio berdasarkan tanggung jawab siswa terhadap kerjanya dan
bagaimana guru membantu siswanya:
1. Portofolio Semua Hal (The Everything Portfolio)
Portofolio semua hal (atau portofolio perkembangan)
merupakan suatu kumpulan karya
siswa melintasi berbagai variasi siswa, kelas,
semester, atau tahun. Portofolio ini berisi
karya siswa, baik selama proses maupun draft final.
Seleksi karya dalam portofolio jenis
ini bukan merupakan tujuan utama. Guru menggunakan
portofolio jenis ini untuk
mengevaluasi kemajuan siswa. Guru dapat menggunakan
informasi dalam portofolio
jenis ini untuk sebagai bahan pertemuan antara guru,
siswa, dan orang tua atau antara
guru dengan siswa. Secara umum, portofolio ini
dievaluasi sebagai contoh karya siswa
dalam berbagai tingkat pencapaian kompetensi, jadi
cenderung sumatif.
2. Portofolio Produk (The Product Portfolio)
Di dalam portofolio produk, guru menyediakan daftar
isi suatu topik atau produk. Siswa
memasukkan contoh-contoh karyanya dalam area daftar
isi tersebut. Portofolio ini
menjadi semacam ceklis kompetensi. Guru merumuskan
topik penting untuk dipelajari,
dan siswa menyelesaikan tugas-tugasnya untuk
menuntaskan topik tersebut, dan
dibuktikan oleh terpenuhinya daftar isi seputar topik
itu dengan karya siswa. Evaluasi
portofolio ini berupa pertemuan antara guru dan siswa,
dan selama pertemuan guru dapat
memberikan umpan balik sumatif, namun umpan balik ini
sebagai informasi formatif
bagi siswa. Guru memilih karya terbaik siswa, dan
menjelaskan mengapa itu merupakan
karya terbaiknya. Informasi dari penjelasan guru ini
sangat bermanfaat bagi siswa untuk
mengembangkan portofolio selanjutnya.
3. Portofolio “Pameran” (The Showcase Portfolio)
Di dalam portofolio “pameran” atau protofolio contoh,
guru menyediakan daftar isi suatu
topik, dan siswa mengevaluasi elemen-elemen untuk
portofolionya dan memberikan
alasan rasional untuk tiap seleksinya. Siswa
diingatkan untuk tidak sekedar memasukkan
karya yang dinilai baik oleh guru, akan tetapi harus
pula mempertimbangkan audien dan
tujuan portofolio itu. Di dalam evaluasi portofolio,
guru melakukan pertemuan dengan
siswa, dan guru memberikan umpan balik sumatif
terhadap produk siswa serta umpan
balik formatif tentang alasan siswa selama proses
seleksi karyanya.
4. Portofolio Tujuan (The Objective Portfolio)
Tingkat terakhir adalah portofolio tujuan. Di dalam
portofolio jenis ini, guru merumuskan
daftar tujuan atau pernyataan tentang kualitas
kinerja. Siswa menyeleksi dari kumpulan
karyanya untuk mempertemukan karya terbaiknya dengan
tujuan tersebut. Portofolio
jenis ini sebaiknya tidak dibatasi pada karya tertulis
saja, akan tetapi segala artifak dan
kinerja siswa (misalnya dalam berbagai berbagai format
media) yang berkaitan dengan
tujuan atau kualitas kinerja yang diminta. Portofolio
jenis ini membutuhkan kemampuan
siswa dalam menganalisis tujuan, mereviu kemungkinan
karya, menyeleksi contoh
terbaik dari keterampilan yang diminta dalam tujuan,
serta memberikan alasan seleksi
karyanya. Untuk setiap tujuan yang telah dituntaskan,
guru memberikan umpan balik
kualitatif individual. Untuk tujuan yang belum
dituntaskan, guru memberikan umpan
balik formatif yang memungkinkan siswa mendapatkan
pemahaman yang lebih baik
tentang tujuan tersebut.
D. Penerapan Asesmen Portofolio
Portofolio haruslah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari pembelajaran. Menurut
Gronlund (2003) pertimbangan utama dalam perencanaan
pengembangan portofolio adalah
tujuan portofolio, jenis-jenis bukti yang dimasukkan,
petunjuk untuk menyeleksi dan
mengevaluasi isi, merawat dan menggunakan portofolio,
serta mengevaluasi portofolio.
Dalam mengevaluasi kinerja siswa secara keseluruhan
yang tercermin dalam portofolio,
dapat disusun kriteria umum untuk mengevaluasi
struktur portofolio, tingkat kemajuan siswa,
serta rubrik skor keseluruhan. Secara lebih
operasional Cooper (dalam Sweat-Guy &
Buzzetto-More, 2006) mengidentifikasi enam langkah
apabila hendak melakukan asesmen
portofolio: mengidentifikasikan ruang lingkup
keterampilan, mendesain hasil belajar yang
dapat diukur, mengidentifikasikan strategi
pembelajaran, mengidentifikasikan indikator
kinerja, mengumpulkan bukti, dan penilaian. Walaupun
tampak operasional, pernyataan
Cooper ini lebih mengarah kepada langkah-langkah
asesmen kinerja secara umum.
Klenowski (2002) merumuskan langkah-langkah
pengembangan asesmen portofolio,
yang ia bagi menjadi tiga fase, sebagai berikut:
1. Fase satu: Konseptualisasi portofolio
Fase ini meliputi pemahaman asesmen perkembangan,
kontinum perkembangan, peta
kemajuan, dan acuan patokan. Kemampuan untuk
mengembangkan dokumen portofolio
memerlukan waktu dan ditunjukkan oleh akumulasi
koleksi karya. Maksud asesmen
perkembangan adalah untuk menilai pencapaian siswa
dalam peta kemajuan, kontium
perkembangan, atau seperangkat deskriptor kemajuan
untuk mengidentifikasikan
pengalaman belajar yang sesuai dan memonitor belajar
siswa. Kegiatan ini di dalam
“ranah KTSP” mirip dengan merumuskan pengalaman
belajar dan indikator dari suatu
level Kompetensi Dasar (KD).
2. Fase dua: Pengembangan portofolio
Kegiatan dalam fase ini meliputi asesmen formatif,
umpan balik, asesmen kinerja, dan
memantapkan validitas. Asesmen formatif terjadi pada
selama proses dan ditujukan untuk
meningkatkan pembelajaran siswa. Proses kompleks ini
cenderung berpusat pada guru,
dengan guru berperan memberikan umpan balik pada
aspek-aspek spesifik yang
ditujukan untuk membantu siswa memperbaiki kinerjanya.
Asesmen kinerja dapat
menjadi bagian integral dari karya portofolio.
Validitas portofolio akan dibahas dalam
subbab tersendiri.
3. Fase tiga: Penilaian portofolio
Kegiatan dalam fase ini meliputi memastikan
reliabilitas, standar, asesmen sumatif, dan
asesmen holistik. Hal yang berkaitan dengan
reliabilitas dibahas dalam subbab tersendiri.
Asesmen sumatif berimplikasi pada peninjauan kinerja
yang telah lalu. Di dalam
portofolio, asesmen sumatif ditujukan untuk menentukan
karya siswa dibandingkan
dengan kriteria target.